Pahami dan terapkan panduan WCAG 2.1 untuk menciptakan pengalaman digital yang dapat diakses oleh audiens global. Pelajari strategi pengujian dan kiat implementasi praktis.
Kepatuhan WCAG 2.1: Panduan Global untuk Pengujian dan Implementasi
Di dunia yang semakin terhubung, memastikan aksesibilitas digital bukan hanya masalah kepatuhan; ini adalah tanggung jawab mendasar. Web Content Accessibility Guidelines (WCAG) 2.1 menyediakan standar yang diakui secara global untuk membuat konten web lebih mudah diakses oleh para penyandang disabilitas. Panduan komprehensif ini akan mengeksplorasi kepatuhan WCAG 2.1, mencakup strategi pengujian dan pendekatan implementasi praktis yang relevan untuk audiens global.
Apa itu WCAG 2.1?
WCAG 2.1 adalah seperangkat pedoman yang diakui secara internasional yang dikembangkan oleh World Wide Web Consortium (W3C) sebagai bagian dari Web Accessibility Initiative (WAI). Ini dibangun di atas WCAG 2.0, mengatasi kebutuhan aksesibilitas yang terus berkembang, terutama bagi pengguna dengan disabilitas kognitif dan belajar, pengguna dengan penglihatan rendah, dan pengguna yang mengakses web di perangkat seluler.
WCAG 2.1 disusun berdasarkan empat prinsip inti, yang sering diingat dengan akronim POUR:
- Dapat Dipersepsikan (Perceivable): Informasi dan komponen antarmuka pengguna harus dapat disajikan kepada pengguna dengan cara yang dapat mereka rasakan. Ini termasuk menyediakan alternatif teks untuk konten non-teks, takarir untuk video, dan memastikan kontras warna yang cukup.
- Dapat Dioperasikan (Operable): Komponen antarmuka pengguna dan navigasi harus dapat dioperasikan. Ini mencakup aksesibilitas papan tik, menyediakan waktu yang cukup untuk membaca dan menggunakan konten, dan menghindari konten yang dapat menyebabkan kejang.
- Dapat Dipahami (Understandable): Informasi dan pengoperasian antarmuka pengguna harus dapat dipahami. Ini berarti menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menyediakan navigasi yang dapat diprediksi, dan membantu pengguna menghindari dan memperbaiki kesalahan.
- Kuat (Robust): Konten harus cukup kuat sehingga dapat ditafsirkan secara andal oleh berbagai macam agen pengguna, termasuk teknologi bantu. Ini melibatkan penggunaan HTML yang valid dan mengikuti praktik pengodean aksesibilitas.
Mengapa Kepatuhan WCAG 2.1 Penting?
Kepatuhan terhadap WCAG 2.1 menawarkan beberapa manfaat signifikan:
- Persyaratan Hukum: Banyak negara dan wilayah memiliki undang-undang dan peraturan yang mewajibkan aksesibilitas web, sering kali merujuk pada WCAG. Misalnya, Americans with Disabilities Act (ADA) di Amerika Serikat, Section 508 di pemerintahan federal AS, Accessibility for Ontarians with Disabilities Act (AODA) di Kanada, dan EN 301 549 di Eropa semuanya mewajibkan atau merujuk pada standar WCAG. Kegagalan untuk mematuhi dapat menyebabkan tindakan hukum dan kerusakan reputasi.
- Jangkauan Pasar yang Diperluas: Membuat situs web Anda dapat diakses akan membukanya untuk audiens yang lebih luas, termasuk jutaan penyandang disabilitas di seluruh dunia. Ini berarti peningkatan lalu lintas, keterlibatan, dan potensi pendapatan.
- Pengalaman Pengguna yang Lebih Baik untuk Semua Orang: Peningkatan aksesibilitas sering kali menguntungkan semua pengguna, bukan hanya para penyandang disabilitas. Misalnya, tulisan yang jelas dan ringkas, konten yang terstruktur dengan baik, dan navigasi papan tik membuat situs web lebih mudah digunakan oleh semua orang.
- Pertimbangan Etis: Memastikan akses yang setara terhadap informasi dan layanan online adalah masalah tanggung jawab sosial. Kepatuhan WCAG 2.1 sejalan dengan prinsip-prinsip etis inklusi dan kesetaraan.
- SEO yang Ditingkatkan: Mesin pencari menyukai situs web yang memberikan pengalaman pengguna yang baik. Dengan menerapkan praktik terbaik aksesibilitas, Anda dapat meningkatkan peringkat mesin pencari situs web Anda.
Kriteria Keberhasilan WCAG 2.1: Tinjauan Lebih Dalam
Kriteria keberhasilan WCAG 2.1 adalah pernyataan yang dapat diuji yang mendefinisikan cara memenuhi setiap pedoman. Kriteria ini dikategorikan ke dalam tiga tingkat kesesuaian:
- Level A: Tingkat aksesibilitas paling dasar. Memenuhi kriteria ini sangat penting agar beberapa pengguna dapat menggunakan situs web.
- Level AA: Mengatasi hambatan paling umum bagi pengguna penyandang disabilitas. Level AA sering kali menjadi target untuk kepatuhan hukum.
- Level AAA: Tingkat aksesibilitas tertinggi. Meskipun tidak selalu memungkinkan untuk dicapai sepenuhnya, memenuhi kriteria Level AAA dapat secara signifikan meningkatkan pengalaman pengguna untuk jangkauan pengguna yang lebih luas.
Berikut adalah beberapa contoh kriteria keberhasilan WCAG 2.1 di berbagai tingkatan:
Contoh Level A:
- 1.1.1 Konten Non-teks: Sediakan alternatif teks untuk konten non-teks apa pun sehingga dapat diubah menjadi bentuk lain yang dibutuhkan orang, seperti cetakan besar, braille, ucapan, simbol, atau bahasa yang lebih sederhana. Contoh: Menambahkan teks alt pada gambar yang mendeskripsikan kontennya.
- 1.3.1 Info dan Hubungan: Informasi, struktur, dan hubungan yang disampaikan melalui presentasi dapat ditentukan secara terprogram atau tersedia dalam bentuk teks. Contoh: Menggunakan elemen HTML semantik seperti <h1>-<h6> untuk judul dan <ul> serta <ol> untuk daftar.
- 2.1.1 Papan Tik: Semua fungsionalitas konten dapat dioperasikan melalui antarmuka papan tik tanpa memerlukan waktu spesifik untuk penekanan tombol individual. Contoh: Memastikan bahwa semua elemen interaktif, seperti tombol dan tautan, dapat diakses dan diaktifkan hanya dengan menggunakan papan tik.
Contoh Level AA:
- 1.4.3 Kontras (Minimum): Presentasi visual teks dan gambar teks memiliki rasio kontras setidaknya 4.5:1. Contoh: Memastikan kontras warna yang cukup antara teks dan warna latar belakang. Alat seperti Contrast Checker dari WebAIM dapat membantu.
- 2.4.4 Tujuan Tautan (Dalam Konteks): Tujuan setiap tautan dapat ditentukan dari teks tautan itu sendiri, atau dari teks tautan bersama dengan konteks tautan yang ditentukan secara terprogram, kecuali jika tujuan tautan tersebut akan ambigu bagi pengguna secara umum. Contoh: Menghindari teks tautan generik seperti "Klik Di Sini" dan sebaliknya menggunakan teks deskriptif seperti "Baca lebih lanjut tentang WCAG 2.1."
- 3.1.1 Bahasa Halaman: Bahasa manusia default dari setiap halaman dapat ditentukan secara terprogram. Contoh: Menggunakan atribut <html lang="en"> untuk menentukan bahasa halaman. Untuk situs web multibahasa, gunakan atribut bahasa yang berbeda untuk bagian yang berbeda.
Contoh Level AAA:
- 1.4.6 Kontras (Ditingkatkan): Presentasi visual teks dan gambar teks memiliki rasio kontras setidaknya 7:1. Contoh: Ini adalah persyaratan kontras yang lebih tinggi daripada Level AA dan cocok untuk pengguna dengan gangguan penglihatan yang lebih signifikan.
- 2.2.3 Tanpa Batas Waktu: Waktu bukanlah bagian penting dari acara atau aktivitas yang disajikan oleh konten, kecuali untuk media tersinkronisasi non-interaktif dan acara waktu nyata. Contoh: Memungkinkan pengguna untuk menjeda, menghentikan, atau memperpanjang batas waktu pada elemen interaktif.
- 3.1.3 Kata-kata Tidak Biasa: Tersedia mekanisme untuk mengidentifikasi definisi spesifik dari kata atau frasa yang digunakan dengan cara yang tidak biasa atau terbatas, termasuk idiom dan jargon. Contoh: Menyediakan glosarium atau tooltip untuk menjelaskan istilah teknis atau slang.
Strategi Pengujian untuk Kepatuhan WCAG 2.1
Pengujian menyeluruh sangat penting untuk memastikan kepatuhan WCAG 2.1. Kombinasi metode pengujian otomatis dan manual direkomendasikan.
Pengujian Otomatis:
Alat pengujian otomatis dapat dengan cepat mengidentifikasi masalah aksesibilitas umum, seperti teks alt yang hilang, kontras warna yang tidak mencukupi, dan tautan yang rusak. Alat-alat ini dapat memindai seluruh situs web dan menghasilkan laporan yang menyoroti potensi masalah. Namun, pengujian otomatis saja tidak cukup, karena tidak dapat mendeteksi semua masalah aksesibilitas, terutama yang berkaitan dengan kegunaan dan konteks.
Contoh alat pengujian otomatis:
- WAVE (Web Accessibility Evaluation Tool): Ekstensi peramban dan alat online gratis yang memberikan umpan balik visual tentang masalah aksesibilitas.
- AXE (Accessibility Engine): Pustaka JavaScript sumber terbuka yang dapat diintegrasikan ke dalam alur kerja pengujian otomatis.
- Lighthouse (Google Chrome DevTools): Alat otomatis untuk meningkatkan kualitas halaman web, termasuk aksesibilitas.
- Tenon.io: Layanan berbayar yang menyediakan laporan aksesibilitas terperinci dan terintegrasi dengan berbagai alat pengembangan.
Praktik terbaik untuk pengujian otomatis:
- Integrasikan pengujian otomatis ke dalam alur kerja pengembangan Anda.
- Jalankan pengujian otomatis secara teratur, seperti setelah setiap perubahan kode.
- Gunakan beberapa alat pengujian otomatis untuk mendapatkan penilaian yang lebih komprehensif.
- Perlakukan hasil pengujian otomatis sebagai titik awal untuk penyelidikan lebih lanjut.
Pengujian Manual:
Pengujian manual melibatkan peninjauan konten dan fungsionalitas web dari perspektif pengguna penyandang disabilitas. Jenis pengujian ini penting untuk mengidentifikasi masalah aksesibilitas yang tidak dapat dideteksi oleh alat otomatis, seperti masalah kegunaan, masalah navigasi papan tik, dan kesalahan semantik.
Teknik pengujian manual:
- Pengujian navigasi papan tik: Pastikan semua elemen interaktif dapat diakses dan diaktifkan hanya dengan menggunakan papan tik.
- Pengujian pembaca layar: Gunakan pembaca layar, seperti NVDA (gratis dan sumber terbuka) atau JAWS (komersial), untuk merasakan situs web seperti yang dialami oleh pengguna tunanetra. Ini termasuk mendengarkan konten, menavigasi menggunakan judul dan landmark, dan berinteraksi dengan elemen formulir.
- Pengujian pembesaran: Gunakan pembesar layar untuk menguji kegunaan situs web pada berbagai tingkat zoom. Pastikan konten mengalir ulang dengan benar dan tidak ada informasi yang hilang.
- Pengujian kontras warna: Verifikasi rasio kontras warna secara manual menggunakan alat penganalisis kontras warna.
- Pengujian aksesibilitas kognitif: Evaluasi kejelasan dan kesederhanaan bahasa yang digunakan di situs web. Pastikan instruksi jelas dan ringkas serta navigasi dapat diprediksi.
Melibatkan pengguna penyandang disabilitas:
Cara paling efektif untuk memastikan aksesibilitas adalah dengan melibatkan pengguna penyandang disabilitas dalam proses pengujian. Hal ini dapat dilakukan melalui sesi pengujian pengguna, kelompok fokus, atau audit aksesibilitas yang dilakukan oleh konsultan aksesibilitas penyandang disabilitas. Pengalaman hidup dan wawasan mereka dapat memberikan umpan balik berharga yang dapat membantu Anda mengidentifikasi dan mengatasi masalah aksesibilitas yang mungkin terlewatkan.
Audit Aksesibilitas:
Audit aksesibilitas adalah evaluasi komprehensif terhadap situs web atau aplikasi untuk mengidentifikasi hambatan aksesibilitas dan menilai kepatuhan terhadap WCAG 2.1. Audit biasanya dilakukan oleh para ahli aksesibilitas yang menggunakan kombinasi teknik pengujian otomatis dan manual. Laporan audit memberikan daftar terperinci masalah aksesibilitas, beserta rekomendasi untuk perbaikan.
Jenis audit aksesibilitas:
- Audit dasar: Penilaian komprehensif terhadap aksesibilitas keseluruhan sebuah situs web.
- Audit terarah: Berfokus pada area spesifik situs web atau jenis masalah aksesibilitas tertentu.
- Audit regresi: Memeriksa masalah aksesibilitas baru setelah perubahan atau pembaruan kode.
Strategi Implementasi untuk Kepatuhan WCAG 2.1
Mengimplementasikan WCAG 2.1 memerlukan pendekatan yang proaktif dan sistematis. Ini bukan perbaikan satu kali, melainkan proses berkelanjutan yang harus diintegrasikan ke dalam siklus hidup pengembangan Anda.
Rencanakan dan Prioritaskan:
- Kembangkan kebijakan aksesibilitas: Definisikan dengan jelas komitmen organisasi Anda terhadap aksesibilitas.
- Lakukan audit aksesibilitas awal: Identifikasi status aksesibilitas situs web Anda saat ini.
- Prioritaskan upaya perbaikan: Fokus pada penanganan masalah aksesibilitas paling kritis terlebih dahulu. Masalah Level A harus diatasi sebelum Level AA, dan Level AA sebelum Level AAA.
- Buat peta jalan aksesibilitas: Uraikan langkah-langkah yang akan Anda ambil untuk mencapai dan mempertahankan kepatuhan WCAG 2.1.
Inkorporasikan Aksesibilitas ke dalam Alur Kerja Pengembangan Anda:
- Pelatihan aksesibilitas untuk pengembang dan desainer: Sediakan pelatihan tentang pedoman WCAG 2.1 dan praktik terbaik aksesibilitas.
- Gunakan praktik pengodean yang dapat diakses: Tulis HTML semantik, gunakan atribut ARIA dengan tepat, dan pastikan kontras warna yang cukup.
- Pilih komponen dan pustaka yang dapat diakses: Gunakan komponen UI dan pustaka siap pakai yang dirancang agar dapat diakses.
- Integrasikan pengujian aksesibilitas ke dalam pipeline CI/CD Anda: Otomatiskan pengujian aksesibilitas sebagai bagian dari proses build Anda.
- Lakukan tinjauan aksesibilitas secara teratur: Tinjau situs web Anda secara berkala untuk memastikan situs tersebut tetap dapat diakses seiring perkembangannya.
Praktik Terbaik Pembuatan Konten:
- Sediakan alternatif teks untuk semua konten non-teks: Tulis teks alt deskriptif untuk gambar, takarir untuk video, dan transkrip untuk file audio.
- Gunakan bahasa yang jelas dan ringkas: Hindari jargon dan istilah teknis. Tulis dalam bahasa sederhana yang mudah dipahami.
- Strukturkan konten secara logis: Gunakan judul, subjudul, dan daftar untuk mengatur konten.
- Pastikan tautan bersifat deskriptif: Hindari teks tautan generik seperti "Klik Di Sini." Gunakan teks deskriptif yang dengan jelas menunjukkan tujuan tautan.
- Sediakan kontras warna yang cukup: Pastikan ada kontras warna yang cukup antara teks dan warna latar belakang.
- Hindari menggunakan warna saja untuk menyampaikan informasi: Sediakan cara alternatif untuk memahami informasi, seperti teks atau simbol.
Pertimbangan Teknologi Bantu:
- Pembaca Layar: Pastikan konten terstruktur secara semantik dan atribut ARIA digunakan dengan benar. Uji dengan beberapa pembaca layar (NVDA, JAWS, VoiceOver) karena mereka menafsirkan kode secara berbeda.
- Pembesar Layar: Rancang untuk alur ulang (reflow). Konten harus beradaptasi saat diperbesar tanpa kehilangan informasi atau fungsionalitas.
- Perangkat Lunak Pengenalan Suara (misalnya, Dragon NaturallySpeaking): Pastikan semua fungsionalitas dapat diaktifkan melalui perintah suara. Beri label pada elemen formulir dengan tepat.
- Perangkat Input Alternatif (misalnya, perangkat Switch): Pastikan aksesibilitas papan tik dan pintasan papan tik yang dapat disesuaikan.
Pertimbangan Global:
- Bahasa: Pastikan penggunaan atribut `lang` yang tepat untuk menentukan bahasa konten. Sediakan terjemahan untuk konten dalam berbagai bahasa.
- Set Karakter: Gunakan pengodean UTF-8 untuk mendukung berbagai macam karakter.
- Format Tanggal dan Waktu: Gunakan format tanggal dan waktu standar internasional (misalnya, ISO 8601).
- Mata Uang: Gunakan simbol dan kode mata uang yang sesuai untuk audiens target.
- Kepekaan Budaya: Perhatikan perbedaan budaya dan hindari penggunaan citra atau bahasa yang dapat menyinggung atau tidak pantas. Misalnya, warna atau simbol tertentu mungkin memiliki arti yang berbeda di budaya yang berbeda.
Contoh: Mengimplementasikan Formulir yang Dapat Diakses
Formulir yang dapat diakses sangat penting untuk interaksi pengguna. Berikut cara mengimplementasikannya:
- Gunakan elemen <label>: Kaitkan label dengan bidang formulir menggunakan atribut `for`. Ini memberikan deskripsi yang jelas tentang tujuan bidang tersebut.
- Gunakan atribut ARIA jika diperlukan: Jika label tidak dapat dikaitkan langsung dengan bidang formulir, gunakan atribut ARIA seperti `aria-label` atau `aria-describedby` untuk memberikan informasi tambahan.
- Sediakan pesan kesalahan yang jelas: Jika pengguna memasukkan data yang tidak valid, berikan pesan kesalahan yang jelas dan spesifik yang memberitahu mereka cara memperbaiki kesalahan tersebut.
- Gunakan elemen fieldset dan legend: Gunakan `<fieldset>` dan `<legend>` elemen untuk mengelompokkan bidang formulir yang terkait dan memberikan deskripsi grup.
- Pastikan aksesibilitas papan tik: Pastikan pengguna dapat menavigasi melalui bidang formulir hanya dengan menggunakan papan tik.
Contoh HTML:
<form>
<fieldset>
<legend>Informasi Kontak</legend>
<label for="name">Nama:</label>
<input type="text" id="name" name="name" required><br><br>
<label for="email">Email:</label>
<input type="email" id="email" name="email" required aria-describedby="emailHelp"><br>
<small id="emailHelp">Kami tidak akan pernah membagikan email Anda dengan siapa pun.</small><br><br>
<button type="submit">Kirim</button>
</fieldset>
</form>
Mempertahankan Kepatuhan WCAG 2.1
Kepatuhan WCAG 2.1 bukanlah pencapaian satu kali; ini adalah proses yang berkelanjutan. Situs web dan aplikasi terus berkembang, jadi penting untuk secara teratur memantau dan menguji masalah aksesibilitas.
Pemantauan dan Pengujian Reguler:
- Tetapkan jadwal untuk audit aksesibilitas reguler.
- Integrasikan pengujian aksesibilitas otomatis ke dalam alur kerja pengembangan Anda.
- Dorong pengguna untuk melaporkan masalah aksesibilitas.
- Tetap up-to-date dengan pedoman aksesibilitas dan praktik terbaik terbaru.
Pelatihan dan Kesadaran:
- Sediakan pelatihan aksesibilitas berkelanjutan untuk semua karyawan yang terlibat dalam pengembangan dan pemeliharaan situs web Anda.
- Promosikan kesadaran aksesibilitas di seluruh organisasi Anda.
- Dorong budaya inklusi dan aksesibilitas.
Kesimpulan
Kepatuhan WCAG 2.1 sangat penting untuk menciptakan pengalaman digital yang dapat diakses oleh audiens global. Dengan memahami prinsip-prinsip WCAG 2.1, menerapkan strategi pengujian yang efektif, dan mengintegrasikan aksesibilitas ke dalam alur kerja pengembangan Anda, Anda dapat memastikan bahwa situs web Anda dapat diakses oleh semua orang, terlepas dari kemampuan mereka. Ingatlah bahwa aksesibilitas bukan hanya tentang kepatuhan; ini tentang menciptakan dunia digital yang lebih inklusif dan adil.