Bahasa Indonesia

Jelajahi micro frontend, arsitektur UI modular yang memungkinkan tim independen membangun dan menerapkan bagian terisolasi dari aplikasi web. Pelajari manfaat, tantangan, dan strategi implementasinya.

Micro Frontend: Arsitektur UI Modular untuk Aplikasi Web yang Skalabel

Dalam lanskap pengembangan web yang berkembang pesat saat ini, membangun dan memelihara frontend yang besar dan kompleks bisa menjadi tantangan yang signifikan. Arsitektur frontend monolitik sering kali menghasilkan basis kode yang sulit dikelola, lambat untuk diterapkan, dan menantang untuk diskalakan. Micro frontend menawarkan alternatif yang menarik: arsitektur UI modular yang memungkinkan tim independen untuk membangun dan menerapkan bagian-bagian terisolasi dari aplikasi web. Pendekatan ini mendukung skalabilitas, kemudahan pemeliharaan, dan otonomi tim, menjadikannya pilihan yang semakin populer untuk aplikasi web modern.

Apa itu Micro Frontend?

Micro frontend memperluas prinsip-prinsip microservice ke frontend. Alih-alih membangun satu aplikasi frontend monolitik, Anda menguraikan UI menjadi komponen atau aplikasi yang lebih kecil dan independen, yang masing-masing dimiliki dan dipelihara oleh tim terpisah. Komponen-komponen ini kemudian diintegrasikan untuk menciptakan pengalaman pengguna yang kohesif.

Anggap saja seperti membangun rumah. Alih-alih satu tim besar membangun seluruh rumah, Anda memiliki tim khusus untuk pondasi, rangka, kelistrikan, perpipaan, dan desain interior. Setiap tim bekerja secara independen dan fokus pada bidang keahlian spesifik mereka. Ketika pekerjaan mereka selesai, semuanya menyatu untuk membentuk rumah yang fungsional dan indah secara estetika.

Prinsip Utama Micro Frontend

Beberapa prinsip inti memandu implementasi micro frontend:

Manfaat Micro Frontend

Mengadopsi arsitektur micro frontend menawarkan banyak manfaat:

Tantangan Micro Frontend

Meskipun micro frontend menawarkan manfaat yang signifikan, mereka juga memperkenalkan beberapa tantangan:

Strategi Implementasi untuk Micro Frontend

Beberapa strategi berbeda dapat digunakan untuk mengimplementasikan micro frontend:

1. Integrasi Waktu Build (Build-time)

Dengan integrasi waktu build, micro frontend dibangun dan diterapkan secara terpisah, tetapi diintegrasikan ke dalam satu aplikasi selama proses build. Pendekatan ini biasanya melibatkan penggunaan module bundler seperti Webpack atau Parcel untuk menggabungkan micro frontend yang berbeda menjadi satu bundle. Integrasi waktu build relatif mudah diimplementasikan, tetapi dapat menyebabkan waktu build yang lebih lama dan keterikatan yang lebih erat antar micro frontend.

Contoh: Situs e-commerce besar (seperti Amazon) mungkin menggunakan integrasi waktu build untuk menyusun halaman produk. Setiap kategori produk (elektronik, buku, pakaian) bisa menjadi micro frontend terpisah yang dibangun dan dipelihara oleh tim khusus. Selama proses build, micro frontend ini digabungkan untuk membuat halaman produk yang lengkap.

2. Integrasi Waktu Jalan (Run-time) melalui Iframe

Iframe menyediakan cara sederhana untuk mengisolasi micro frontend satu sama lain. Setiap micro frontend dimuat ke dalam iframenya sendiri, yang menyediakan konteks eksekusi terpisah. Pendekatan ini menawarkan isolasi yang kuat dan memungkinkan micro frontend dibangun menggunakan teknologi yang berbeda. Namun, iframe bisa menjadi tantangan untuk digunakan dalam hal komunikasi dan penataan gaya (styling).

Contoh: Aplikasi dasbor (seperti Google Analytics) mungkin menggunakan iframe untuk menyematkan widget atau modul yang berbeda. Setiap widget (misalnya, lalu lintas situs web, demografi pengguna, tingkat konversi) bisa menjadi micro frontend terpisah yang berjalan di iframenya sendiri.

3. Integrasi Waktu Jalan (Run-time) melalui Komponen Web

Komponen web adalah seperangkat standar web yang memungkinkan Anda membuat elemen HTML kustom yang dapat digunakan kembali. Setiap micro frontend dapat dienkapsulasi sebagai komponen web, yang kemudian dapat dengan mudah diintegrasikan ke dalam aplikasi lain. Komponen web memberikan keseimbangan yang baik antara isolasi dan interoperabilitas. Mereka memungkinkan micro frontend dibangun menggunakan teknologi yang berbeda, sambil tetap menyediakan API yang konsisten untuk komunikasi dan penataan gaya.

Contoh: Situs web pemesanan perjalanan mungkin menggunakan komponen web untuk menampilkan hasil pencarian. Setiap item hasil pencarian (misalnya, penerbangan, hotel, mobil sewaan) bisa menjadi micro frontend terpisah yang diimplementasikan sebagai komponen web.

4. Integrasi Waktu Jalan (Run-time) melalui JavaScript

Dengan pendekatan ini, micro frontend dimuat dan dirender secara dinamis saat runtime menggunakan JavaScript. Ini memungkinkan fleksibilitas dan kontrol maksimum atas proses integrasi. Namun, ini juga memerlukan kode yang lebih kompleks dan manajemen dependensi yang cermat. Single-SPA adalah kerangka kerja populer yang mendukung pendekatan ini.

Contoh: Platform media sosial (seperti Facebook) mungkin menggunakan integrasi waktu jalan berbasis JavaScript untuk memuat berbagai bagian halaman (misalnya, beranda berita, profil, notifikasi) sebagai micro frontend terpisah. Bagian-bagian ini dapat diperbarui secara independen, meningkatkan kinerja dan responsivitas aplikasi secara keseluruhan.

5. Integrasi Edge

Dalam integrasi edge, reverse proxy atau API gateway merutekan permintaan ke micro frontend yang sesuai berdasarkan jalur URL atau kriteria lain. Micro frontend yang berbeda diterapkan secara independen dan bertanggung jawab untuk menangani perutean mereka sendiri di dalam domain masing-masing. Pendekatan ini memungkinkan tingkat fleksibilitas dan skalabilitas yang tinggi. Ini sering digabungkan dengan Server Side Includes (SSI).

Contoh: Situs web berita (seperti CNN) mungkin menggunakan integrasi edge untuk menyajikan berbagai bagian situs (misalnya, berita dunia, politik, olahraga) dari micro frontend yang berbeda. Reverse proxy akan merutekan permintaan ke micro frontend yang sesuai berdasarkan jalur URL.

Memilih Strategi yang Tepat

Strategi implementasi terbaik untuk micro frontend bergantung pada kebutuhan dan persyaratan spesifik Anda. Pertimbangkan faktor-faktor berikut saat membuat keputusan Anda:

Sering kali merupakan ide yang baik untuk memulai dengan pendekatan yang lebih sederhana, seperti integrasi waktu build atau iframe, dan kemudian secara bertahap bermigrasi ke pendekatan yang lebih kompleks seiring dengan perkembangan kebutuhan Anda.

Praktik Terbaik untuk Micro Frontend

Untuk memastikan keberhasilan implementasi micro frontend Anda, ikuti praktik terbaik berikut:

Contoh Implementasi Micro Frontend di Dunia Nyata

Beberapa perusahaan telah berhasil mengadopsi arsitektur micro frontend:

Kesimpulan

Micro frontend menawarkan pendekatan yang kuat untuk membangun aplikasi web yang skalabel, dapat dipelihara, dan tangguh. Dengan menguraikan UI menjadi komponen yang lebih kecil dan independen, Anda dapat memberdayakan tim untuk bekerja secara mandiri, mempercepat siklus pengembangan, dan memberikan nilai kepada pengguna lebih cepat. Meskipun micro frontend memperkenalkan beberapa tantangan, manfaatnya sering kali lebih besar daripada biayanya, terutama untuk aplikasi yang besar dan kompleks. Dengan mempertimbangkan kebutuhan dan persyaratan Anda secara cermat, dan dengan mengikuti praktik terbaik, Anda dapat berhasil menerapkan arsitektur micro frontend dan menuai hasilnya.

Seiring lanskap pengembangan web terus berkembang, micro frontend kemungkinan akan menjadi lebih umum. Menerapkan arsitektur UI modular ini dapat membantu Anda membangun aplikasi web yang lebih fleksibel, skalabel, dan tahan masa depan.

Sumber Daya Lebih Lanjut

Micro Frontend: Arsitektur UI Modular untuk Aplikasi Web yang Skalabel | MLOG