Bahasa Indonesia

Jelajahi perjalanan akuisisi bahasa yang menakjubkan pada anak. Pahami pola perkembangan, tonggak pencapaian, dan faktor yang memengaruhi perkembangan bahasa.

Akuisisi Bahasa: Mengungkap Pola Perkembangan Anak

Bahasa adalah hal mendasar bagi komunikasi manusia dan perkembangan kognitif. Proses anak-anak memperoleh bahasa adalah perjalanan yang kompleks dan menakjubkan, menunjukkan konsistensi yang luar biasa di berbagai budaya dan latar belakang linguistik. Artikel ini mendalami pola dan tonggak pencapaian akuisisi bahasa pada anak, menjelajahi tahapan kunci dan faktor-faktor yang berkontribusi pada proses perkembangan yang rumit ini.

Memahami Akuisisi Bahasa

Akuisisi bahasa mengacu pada proses manusia belajar untuk memahami dan menggunakan bahasa. Bagi anak-anak, ini biasanya melibatkan pemerolehan bahasa pertama (B1), tetapi juga dapat mencakup pembelajaran bahasa-bahasa berikutnya (B2, B3, dll.). Studi tentang akuisisi bahasa mengambil dari berbagai bidang, termasuk linguistik, psikologi, ilmu kognitif, dan ilmu saraf.

Beberapa teori mencoba menjelaskan bagaimana anak-anak memperoleh bahasa, termasuk:

Meskipun setiap teori menawarkan wawasan yang berharga, pemahaman yang paling komprehensif tentang akuisisi bahasa kemungkinan besar melibatkan kombinasi dari berbagai perspektif ini.

Tahapan Akuisisi Bahasa

Akuisisi bahasa biasanya berlangsung melalui serangkaian tahapan yang dapat diprediksi, meskipun waktu dan progres yang tepat dapat sedikit berbeda pada setiap anak.

1. Tahap Pralinguistik (0-6 bulan)

Selama tahap pralinguistik, bayi terutama berfokus pada persepsi dan produksi suara. Tonggak pencapaian utama meliputi:

Contoh: Di banyak budaya, orang tua secara alami merespons tangisan dan dekutan bayi dengan vokalisasi lembut dan senyuman, memupuk komunikasi awal dan ikatan sosial. Lintas budaya, bayi mengoceh menggunakan suara yang serupa, bahkan sebelum terpapar fonem spesifik bahasa ibu mereka. Misalnya, bayi di Jepang dan bayi di Jerman mungkin menghasilkan suara "ba" yang serupa selama tahap mengoceh.

2. Tahap Holofrastik (10-18 bulan)

Tahap holofrastik ditandai dengan penggunaan satu kata untuk menyampaikan makna yang kompleks. Satu kata dapat berfungsi sebagai kalimat, mengekspresikan permintaan, pernyataan, atau emosi. Tonggak pencapaian utama meliputi:

Contoh: Seorang anak yang menunjuk botol dan berkata "susu" bisa berarti "Aku mau susu," "Ini susu," atau "Di mana susunya?". Demikian pula, seorang anak mungkin memanggil semua pria berjanggut "dada" karena ayahnya berjanggut. Overekstensi ini adalah ciri umum dari tahap ini.

3. Tahap Dua Kata (18-24 bulan)

Pada tahap dua kata, anak-anak mulai menggabungkan kata-kata menjadi frasa dua kata yang sederhana. Frasa ini biasanya terdiri dari subjek dan kata kerja, atau kata sifat dan kata benda. Tonggak pencapaian utama meliputi:

Contoh: Seorang anak yang mengatakan "anjing gonggong" menunjukkan pemahaman tentang hubungan antara seekor anjing dan tindakannya. Dalam bahasa Mandarin, seorang anak mungkin mengatakan "Mama bao bao" (Mama peluk bayi), menunjukkan pemahaman urutan subjek-predikat-objek bahkan pada tahap awal ini.

4. Tahap Telegrafis (24-30 bulan)

Tahap telegrafis ditandai dengan produksi kalimat yang lebih panjang dan kompleks, meskipun morfem gramatikal (misalnya, artikel, preposisi, kata kerja bantu) masih sering dihilangkan. Tonggak pencapaian utama meliputi:

Contoh: Seorang anak mungkin berkata "Mama pergi toko" alih-alih "Mama sedang pergi ke toko." Overgeneralisasi terlihat ketika seorang anak berkata "I runned fast," menerapkan akhiran kala lampau reguler -ed pada kata kerja tidak beraturan "run." Hal ini terjadi secara lintas bahasa; misalnya, seorang anak yang belajar bahasa Spanyol mungkin salah mengucapkan "yo sabo" alih-alih "yo sé" (saya tahu) dengan menerapkan pola konjugasi kata kerja reguler.

5. Tahap Multi-kata Lanjutan (30+ bulan)

Selama tahap multi-kata lanjutan, anak-anak terus menyempurnakan keterampilan bahasa mereka, menguasai struktur gramatikal yang lebih kompleks dan memperluas kosakata mereka. Tonggak pencapaian utama meliputi:

Contoh: Anak-anak pada tahap ini mulai menggunakan kata ganti dengan benar dan mulai menggunakan struktur kalimat yang lebih rumit, seperti kalimat majemuk dan kompleks. Mereka juga belajar menggunakan bahasa dalam berbagai konteks sosial, menyesuaikan ucapan mereka dengan audiens dan situasi yang berbeda. Seorang anak mungkin menceritakan kisah tentang perjalanan ke kebun binatang, termasuk detail tentang hewan yang mereka lihat dan kegiatan yang mereka ikuti. Dalam konteks budaya yang beragam, anak-anak pada usia ini juga mempelajari norma-norma percakapan yang spesifik secara budaya, seperti bergiliran bicara dan topik diskusi yang pantas.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Akuisisi Bahasa

Beberapa faktor dapat memengaruhi kecepatan dan kualitas akuisisi bahasa pada anak:

Contoh: Anak-anak yang terpapar lingkungan bahasa yang kaya, dengan percakapan yang sering, bercerita, dan membaca, cenderung mengembangkan keterampilan bahasa yang lebih kuat. Dampak status sosial ekonomi dapat dilihat dalam studi yang menunjukkan bahwa anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah mungkin memiliki kosakata yang lebih sedikit daripada teman sebayanya dari keluarga berpenghasilan lebih tinggi karena perbedaan dalam paparan bahasa. Di beberapa budaya adat, mendongeng adalah bagian sentral dari pendidikan dan berkontribusi secara signifikan terhadap perkembangan bahasa dan transmisi budaya.

Bilingualisme dan Akuisisi Bahasa Kedua

Banyak anak di seluruh dunia tumbuh dengan mempelajari lebih dari satu bahasa. Bilingualisme dan akuisisi bahasa kedua (SLA) semakin umum, menawarkan manfaat kognitif dan sosial.

Penelitian menunjukkan bahwa bilingualisme tidak menyebabkan keterlambatan bahasa. Faktanya, anak-anak bilingual mungkin menunjukkan fleksibilitas kognitif, keterampilan memecahkan masalah, dan kesadaran metalinguistik (pemahaman tentang bahasa sebagai sebuah sistem) yang lebih baik.

Contoh: Studi telah menunjukkan bahwa anak-anak yang fasih dalam dua bahasa sering kali berkinerja lebih baik pada tugas-tugas yang memerlukan peralihan antara aturan atau perspektif yang berbeda. Di negara-negara dengan populasi multibahasa, seperti Swiss atau Kanada, bilingualisme sering didorong dan didukung melalui kebijakan pendidikan.

Gangguan dan Keterlambatan Bahasa

Meskipun akuisisi bahasa biasanya mengikuti alur yang dapat diprediksi, beberapa anak mungkin mengalami gangguan atau keterlambatan bahasa. Ini dapat bermanifestasi dalam berbagai cara, termasuk:

Identifikasi dan intervensi dini sangat penting untuk mendukung anak-anak dengan gangguan bahasa. Ahli patologi wicara-bahasa dapat memberikan penilaian dan terapi untuk membantu anak-anak mengatasi tantangan bahasa dan mencapai potensi penuh mereka.

Contoh: Seorang anak yang belum berbicara dalam satu kata pada usia dua tahun dapat dianggap mengalami keterlambatan bicara dan mendapat manfaat dari evaluasi wicara-bahasa. Strategi intervensi dapat mencakup terapi berbasis permainan, pelatihan orang tua, dan perangkat komunikasi bantu.

Mendukung Perkembangan Bahasa

Orang tua, pengasuh, dan pendidik memainkan peran penting dalam mendukung perkembangan bahasa pada anak. Berikut adalah beberapa strategi praktis:

Contoh: Saat membaca buku, ajukan pertanyaan seperti "Menurutmu apa yang akan terjadi selanjutnya?" atau "Menurutmu mengapa karakter itu merasa sedih?". Dorong anak untuk menceritakan kembali kisah dengan kata-kata mereka sendiri. Dalam lingkungan multibahasa, dukung perkembangan anak dalam semua bahasa mereka.

Kesimpulan

Akuisisi bahasa adalah pencapaian luar biasa dari perkembangan manusia, yang berlangsung melalui serangkaian tahapan yang dapat diprediksi dan dipengaruhi oleh interaksi kompleks dari faktor genetik, lingkungan, dan sosial. Dengan memahami pola dan tonggak pencapaian akuisisi bahasa, orang tua, pengasuh, dan pendidik dapat memberikan dukungan optimal untuk perkembangan bahasa anak, memberdayakan mereka untuk berkomunikasi secara efektif dan berkembang di dunia yang mengglobal. Mengakui pentingnya intervensi dini untuk gangguan bahasa dan mendorong bilingualisme juga merupakan kunci untuk mendukung pembelajar yang beragam dan memaksimalkan potensi mereka.

Akuisisi Bahasa: Mengungkap Pola Perkembangan Anak | MLOG